Pemanasan global sering kita kenal dengan sebutan Global Warming adalah suatu proses yang ditandai dengan meningkatnya suhu di bumi baik di daratan maupun di lautan yang disebabkan oleh beberapa hal yang ada hubungannya dengan lingkungan. Pemanasan global ini bisa mengakibatkan dampak yang luas dan bagi lingkungan khususnya di Bumi, seperti mencairnya es di kutub yang bisa menyebabkan naiknya permukaan air laut, perluasan daerah gurun pasir yang menyebabkan suhu Bumi semakin panas, peningkatan volume hujan yang menjadi penyebab utama bencana banjir, perubahan iklim yang seiring berjalannya waktu semakin tidak bisa di tebak, punahnya flora dan fauna tertentu yang disertai dengan aktifitas migrasi fauna, dan lain-lain. Sedangkan dampak bagi aktivitas kehidupan masyarakat meliputi gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir, gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, gangguan terhadap permukiman penduduk, penurunan produksi lahan pertanian, peningkatan resiko wabah penyakit yang akan diderita oleh masyarakat, dan masih banyak lagi.
Dalam artikel ini yang lebih akan saya bahas adalah pada eksistensi hutan di Indonesia yang mana semakin lama semakin sempit wilayahnya. Hutan pada umumnya merupakan kawasan yang paling penting untuk di jaga kelestariannya karena hutan adalah pendukung kehidupan di bumi dalam perannya sebagai penjaga lingkungan, produsen oksigen yang di hirup oleh manusia, sebaga tempat hidupnya flora dan fauna, dan lain sebagainya. Namun jika kita lihat fenomena yang ada di negara Indonesia ini para penduduk yang seharusnya menjaga fungsi-fungsi hutan yang mereka miliki tetapi justru mereka tidak menerapkan fungsi-fungsi hutan dan lebih mementingkan ego masing-masing untuk tetap bertahan hidup. Misalnya saja :
1. Pemakaian Tisu sebagai pengganti sapu tangan
Pemakaian tisu dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Kehidupan modern banyak mengubah kebiasaan-kebiasaan yang belum pernah ada kemudian menjadi ada di kemajuan perkembanmgan zaman dan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu penyebabnya, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempermudah, mempercepat, dan memperingan banyak pekerjaan manusia. Walaupun demikian adanya, masih banyak juga orang yang tidak mau mengakui dan menyadari bahwa pola kehidupan modern sekarang sangat memengaruhi lingkungan terutama kelestarian hutan. Pemakaian tisu di kota-kota besar Indonesia adalah hal yang biasa kita jumpai terlebih-lebih para remaja sekolah dan mulai meninggalkan untuk menggunakan saputangan karena anggapan para remaja bahwa sapu tangan itu hanya digunakan oleh orang tua. Penggunaan tisu tersebut bmungkin telah menjadi ciri budaya kehidupan modern remaja sekarang ini. Hal itu terlihat pada kepraktisan penggunaanya, hampir setiap remaja menggunakan tisu baik itu untuk membersikan hidung dari kotoran terkena flu, mengelap muka dari keringat, aktifitas di kamar mandi, sampai dengan hanya untuk mengelap mulut setelah makan saja memakai tisu. Semua hal tersebut dilakukan dengan sangat sederhana sekali, yaitu ambil, lap lalu dibuang setelah tisu-nya kotor. Apabila masih belum juga merasa bersih, ambil lagi, lap, lalu buang, bahkan berulang-ulang mereka melakukannya.
Sebenarnya budaya tersebut adalah upaya untuk merusak lingkungan karena tisu dibuat dari bubur kertas. Dimana bahan dasar bubur kertas tersebut berasal dari batang pohon akasia yang diproses secara kimia. Untuk membuat tisu, produsen harus membuat perkebunan akasia lalu setelah pohon tersebut besar maka dilakukan penebangan untuk mendapatkan kayunya. Hal tersebut berarti proses penggundulan hutan yang bisa menyebabkan bencana alam, bahkan menyebabkan luas hutan alam semakin menyusut karena digantikan oleh hutan akasia untuk pemenuhan kebutuhan akan tisu.
Hal yang hampir sama dengan hal tersebut adalah pola kunsumsi masyarakat dengan pembungkus yang terbuat dari bahan dasar kertas seperti makanan yang mereka beli di KFC, Mc Donald, serta pakaian yang mereka beli di mall-mall.
2. Pola penebangan pohon yang sembarangan
Demi mengumpulkan kekayaanya dan tuntutan ekonomi yang kian ke depan semakin mendesak, pola pikir yang menggunakan otak yang sehat tidak lagi digunakan oleh manusia demi memenuhi kebutuhannya bahkan mereka tidak memperdulikan lagi hal yang akan terjadi setelah mereka melakukan suatu hal yang bisa merusak alam. Tebang pilih tanam adalah suatu prinsip yang harus dipegang demi kelangsungan hutan dalam menjalankan fungsinya, tetapi pada kenyataan sekarang ini manusia kian serakah saja, yang mana mereka tidak lagi menerapkan tebang pilih tanam demi pemenuhan kebutuhan mereka dan hanya merepapkan Tebang saja. Tebang disini dilakukan seenak mereka sendiri tanpa memikirkan berapakah umur pohon yang sudah layak untuk di tebang dan mereka juga tidak menanam lagi tanaman pengganti setelah pohon tersebut di tebang. Akibatnya adalah proses penggundulan hutan yang terjadi di mana-mana yang bisa menyebabkan bencana alam dan kerusakan lingkungan.
Selain kedua hal yang sudah saya parpakan diatas sebenarnya masih banyak lagi hal yang dapat merusak keberadaan hutan. Dari kedua fenomena diatas yang dibutuhkan untuk kelancaran lestarinya hutan adalah pola pikir manusia yang seharusnya memiliki pola pikir jangka panjang disertai dengan solusi apabila terjadi kegagalan ataupun untuk tetap melestarikan hutan. Di samping itu juga budaya pelabelan seperti apa yang saya paparkan pada kasus yang pertama adalah budaya bodoh yang berkembang di kehidupan generasi muda saat ini karena pada dasarnya antara tisu dengan sapu tangan memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membersihkan, dengan keadaan bumi sekarang ini sebaiknya generasi muda meninggalkan budaya tersebut dan lebih memikirkan secara matang apa yang akan mereka pakai demi kelangsungan hutan.
Dalam artikel ini yang lebih akan saya bahas adalah pada eksistensi hutan di Indonesia yang mana semakin lama semakin sempit wilayahnya. Hutan pada umumnya merupakan kawasan yang paling penting untuk di jaga kelestariannya karena hutan adalah pendukung kehidupan di bumi dalam perannya sebagai penjaga lingkungan, produsen oksigen yang di hirup oleh manusia, sebaga tempat hidupnya flora dan fauna, dan lain sebagainya. Namun jika kita lihat fenomena yang ada di negara Indonesia ini para penduduk yang seharusnya menjaga fungsi-fungsi hutan yang mereka miliki tetapi justru mereka tidak menerapkan fungsi-fungsi hutan dan lebih mementingkan ego masing-masing untuk tetap bertahan hidup. Misalnya saja :
1. Pemakaian Tisu sebagai pengganti sapu tangan
Pemakaian tisu dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Kehidupan modern banyak mengubah kebiasaan-kebiasaan yang belum pernah ada kemudian menjadi ada di kemajuan perkembanmgan zaman dan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu penyebabnya, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempermudah, mempercepat, dan memperingan banyak pekerjaan manusia. Walaupun demikian adanya, masih banyak juga orang yang tidak mau mengakui dan menyadari bahwa pola kehidupan modern sekarang sangat memengaruhi lingkungan terutama kelestarian hutan. Pemakaian tisu di kota-kota besar Indonesia adalah hal yang biasa kita jumpai terlebih-lebih para remaja sekolah dan mulai meninggalkan untuk menggunakan saputangan karena anggapan para remaja bahwa sapu tangan itu hanya digunakan oleh orang tua. Penggunaan tisu tersebut bmungkin telah menjadi ciri budaya kehidupan modern remaja sekarang ini. Hal itu terlihat pada kepraktisan penggunaanya, hampir setiap remaja menggunakan tisu baik itu untuk membersikan hidung dari kotoran terkena flu, mengelap muka dari keringat, aktifitas di kamar mandi, sampai dengan hanya untuk mengelap mulut setelah makan saja memakai tisu. Semua hal tersebut dilakukan dengan sangat sederhana sekali, yaitu ambil, lap lalu dibuang setelah tisu-nya kotor. Apabila masih belum juga merasa bersih, ambil lagi, lap, lalu buang, bahkan berulang-ulang mereka melakukannya.
Sebenarnya budaya tersebut adalah upaya untuk merusak lingkungan karena tisu dibuat dari bubur kertas. Dimana bahan dasar bubur kertas tersebut berasal dari batang pohon akasia yang diproses secara kimia. Untuk membuat tisu, produsen harus membuat perkebunan akasia lalu setelah pohon tersebut besar maka dilakukan penebangan untuk mendapatkan kayunya. Hal tersebut berarti proses penggundulan hutan yang bisa menyebabkan bencana alam, bahkan menyebabkan luas hutan alam semakin menyusut karena digantikan oleh hutan akasia untuk pemenuhan kebutuhan akan tisu.
Hal yang hampir sama dengan hal tersebut adalah pola kunsumsi masyarakat dengan pembungkus yang terbuat dari bahan dasar kertas seperti makanan yang mereka beli di KFC, Mc Donald, serta pakaian yang mereka beli di mall-mall.
2. Pola penebangan pohon yang sembarangan
Demi mengumpulkan kekayaanya dan tuntutan ekonomi yang kian ke depan semakin mendesak, pola pikir yang menggunakan otak yang sehat tidak lagi digunakan oleh manusia demi memenuhi kebutuhannya bahkan mereka tidak memperdulikan lagi hal yang akan terjadi setelah mereka melakukan suatu hal yang bisa merusak alam. Tebang pilih tanam adalah suatu prinsip yang harus dipegang demi kelangsungan hutan dalam menjalankan fungsinya, tetapi pada kenyataan sekarang ini manusia kian serakah saja, yang mana mereka tidak lagi menerapkan tebang pilih tanam demi pemenuhan kebutuhan mereka dan hanya merepapkan Tebang saja. Tebang disini dilakukan seenak mereka sendiri tanpa memikirkan berapakah umur pohon yang sudah layak untuk di tebang dan mereka juga tidak menanam lagi tanaman pengganti setelah pohon tersebut di tebang. Akibatnya adalah proses penggundulan hutan yang terjadi di mana-mana yang bisa menyebabkan bencana alam dan kerusakan lingkungan.
Selain kedua hal yang sudah saya parpakan diatas sebenarnya masih banyak lagi hal yang dapat merusak keberadaan hutan. Dari kedua fenomena diatas yang dibutuhkan untuk kelancaran lestarinya hutan adalah pola pikir manusia yang seharusnya memiliki pola pikir jangka panjang disertai dengan solusi apabila terjadi kegagalan ataupun untuk tetap melestarikan hutan. Di samping itu juga budaya pelabelan seperti apa yang saya paparkan pada kasus yang pertama adalah budaya bodoh yang berkembang di kehidupan generasi muda saat ini karena pada dasarnya antara tisu dengan sapu tangan memiliki fungsi yang sama yaitu untuk membersihkan, dengan keadaan bumi sekarang ini sebaiknya generasi muda meninggalkan budaya tersebut dan lebih memikirkan secara matang apa yang akan mereka pakai demi kelangsungan hutan.